Rabu, 14 Desember 2011

Info penginapan di sekitar Ciwidey Bandung



Buat kamu-kamu semua yang ada rencana liburan di akhir tahun ini di tempat yang dingin dan alam yang eksotis, mangga dicatat nama dan alamat penginapan di bawah ini. Penginapan-penginapan dibawah ini terletak di sekitar Kawah Putih Ciwidey

Prana Tirta Jln Rancawalini Ciwidey 5927050, Rancabali

Cimanggu Cottage Jln Raya Rancabali Ciwidey

Wisma Palapa Jln Raya Soreang – Ciwidey 5895445

Hotel Lembah Gembyang Tlp 022 5928998

Pondok Selly Jl. Raya Ciwidey Tlp 5928260

Sukarasa Endah Jl Raya Pasir Jambu tlp 022 5928311

Pondok Unyil jl Baru Tunggul tlp 022 5928250

Eco Hotel Jl Baru Tunggul RT 004/01 Tlp 5928082

Sukarasa Indah Hotel Jl. Ciwidey 5928301

Tirta Selly Hotel Jl. Ciwidey Tlp 5928119

Kampung Pa’go Jl Soreang – Ciwidey KM 25
Telp (022) 592 8062
Fax (022) 592 8062
HP : 0812 208 3864

Patuha Resort & Pemandian Cimanggu
Perhutani KPH Bandung Selatan
Jl. Cirebon No. 4 Bandung
Telp 022 – 720 8310
Bpk. Subarno: 081 321 771 810
Bpk. Darmono: 081 320 298 718
Bpk. Oce: 081 841 2812
Rate mulai 50K/malam/orang (kamar sharing)

Hotel Abang Jl. Raya Ciwidey No. 500 Km.2
Telp 022 – 592 8235 – 592 8429
Bpk. Acep: 081 321 607 257

Argapuri Resort Jl. Raya Gambung Km. 6 Pasir Jambu
Telp 022 – 592 8816 – 18, 592 8200

Hotel Sindang Reret Jl. Raya Propinsi Ciwidey Kab. Bandung
Telp 022 – 592 8205

sumber : hotel-dibandung.com

Rabu, 28 April 2010

Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga


Oleh : Ust. Anis Matta, Lc.

Ternyata obrolan kita tentang cinta belum selesai. Saya telah menyatakan sebelumnya betapa penting peranan kata itu dalam mengekspresikan kata cinta. Tapi itu bukan satu-satunya bentuk ekspresi cinta. Cinta merupakan sebentuk emosi manusiawi. Karena itu ia bersifat fluktuatif naik turun mengikuti semua anasir di dalam dan di luar di diri manusia yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya saya juga mengatakan, mempertahankan dan merawat rasa cinta sesungguhnya jauh lebih sulit dari sekedar menumbuhkannya. Jadi obrolan kita belum selesai.

Walaupun begitu, saya juga tidak merasakan adanya urgensi untuk menjawab pertanyaan ini: apa itu cinta? Itu terlalu filosofis. Saya lebih suka menjawab pertanyaan ini: bagaimana seharusnya anda mencintai? Pertanyaan ini melekat erat dalam kehidupan individu kita.

Cinta itu bunga; bunga yang tumbuh mekar dalam taman hati kita. Taman itu adalah kebenaran. Apa yg dengan kuat menumbuhkan, mengembangkan, dan memekarkan bunga-bunga adalah air dan matahari. Air dan matahari adalah kebaikan. Air memberinya kesejukan dan ketenangan, tapi matahari memberinya gelora kehidupan. Cinta, dengan begitu, merupakan dinamika yg bergulir secara sadar di atas latar wadah perasaan kita.

Maka begitulah seharusnya anda mencintai; menyejukkan, menenangkan, namun juga menggelorakan. Dan semua makna itu terangkum dalam kata ini: menghidupkan. Anda mungkin dekat dengan peristiwa ini; bagaimana istri anda melahirkan seorang bayi, lalu merawatnya, dan menumbuhkannya, mengembangkannya serta menjaganya. Ia dengan tulus berusaha memberinya kehidupan.

Bila anda ingin mencintai dengan kuat, maka anda harus mampu memperhatikan dengan baik, menerimanya apa adanya dengan tulus, lalu berusaha mengembangkannya semaksimal mungkin, kemudian merawatnya… menjaganya dengan sabar. Itulah rangkaian kerja besar para pecinta; pengenalan, penerimaan, pengembangan dan perawatan.

Apakah anda telah mengenal isteri anda dengan seksama? Apakah anda mengetahui dengan baik titik kekuatan dan kelemahannya?

Apakah anda mengenal kecenderungan-kecenderungannya? Apakah anda mengenal pola-pola ungkapannya; melalui pemaknaan khusus dalam penggunaan kata, melalui gerak motorik refleksinya, melalui isyarat rona wajahnya, melalui tatapannya, melalui sudut matanya? Apakah anda dapat merasakan getaran jiwanya, saat ia suka dan saat ia benci, saat ia takut dan begitu membutuhkan perlindungan? Apakah anda dapat melihat gelombang-gelombang mimpi-mimpinya, harapan-harapannya?

Sekarang perhatikanlah bagaimana tingkat pengenalan Rosululloh saw terhadap istrinya, Aisyah. Suatu waktu beliau berkata, "Wahai Aisyah, aku tahu kapan saatnya kamu ridha dan kapan saatnya kamu marah padaku. Jika kamu ridha, maka kamu akan memanggilku dengan sebutan: Ya Rosulullah! tapi jika kamu marah padaku, kamu akan memanggilku dengan sebutan: Ya Muhammad!. Apakah beda antara Rosululloh dan Muhammad kalau toh obyeknya itu-itu saja? Tapi Aisyah telah memberikan pemaknaan khusus ketika ia menggunakan kata yang satu pada situasi jiwa yang lain. Pengenalan yang baik harus disertai penerimaan yang utuh. Anda harus mampu menerimanya apa adanya. Apa yang sering menghambat dlm proses penerimaan total itu adalah pengenalan yang tidak utuh atau "obsesi" yang berlebihan terhadap fisik.

Anda tidak akan pernah dapat mencintai seseorang secara kuat dan dalam kecuali jika anda dapat menerima apa adanya. Dan ini tidak selalu berarti bahwa anda menyukai kekurangan dan kelemahannya. Ini lebih berarti bahwa kelemahan dan kekurangan bukanlah kondisi akhir kepribadiannya, dan selalu ada peluang untuk berubah dan berkembang. Dengan perasaan itulah seorang ibu melihat bayinya. Apakah yg ia harap dari bayi kecil itu ketika ia merawatnya, menjaganya, dan menumbuhkannya? Apakah ia yakin bahwa kelak anak itu akan membalas kebaikannya? Tidak. Semua yg ada dlm jiwanya adalah keyakinan bahwa bayi ini punya peluang utk berubah dan berkembang. Dan karenanya ia menyimpan harapan besar dlm hatinya bahwa kelak hari-hari jugalah yg akan menjadikan segalanya lebih baik. Penerimaan positif itulah yang mengantar kita pada kerja mencintai selanjutnya; pengembangan.

Pada mulanya seorang wanita adalah kuncup yg tertutup. Ketika ia memasuki rumah anda, memasuki wilayah kekuasaan anda, menjadi istri anda, menjadi ibu anak-anak anda; Andalah yg bertugas membuka kelopak kuncup itu, meniupnya perlahan, agar ia mekar menjadi bunga. Andalah yg harus menyirami bunga itu dengan air kebaikan, membuka semua pintu hati anda baginya, agar ia dapat menikmati cahaya matahari yg akan memberinya gelora kehidupan. Hanya dengan kebaikanlah bunga-bunga cinta bersemi.

Dan ungkapan "Aku Cinta Kamu" boleh jadi akan kehilangan makna ketika ia dikelilingi perlakuan yang tidak simpatik (dan tidak menyenangkan). Apa yg harus anda berikan kepada istri anda adalah peluang untuk berkembang, keberanian menyaksikan perkembangannya tanpa harus merasa superioritas anda terganggu. Ini tidak berarti anda harus memberi semua yang ia senangi, tapi berikanlah apa yg ia butuhkan.

Tetapi setiap perkembangan harus tetap berjalan dlm keseimbangan. Dan inilah fungsi perawatan dari rasa cinta. Tidak boleh ada perkembangan yang mengganggu posisi dan komunikasi. Itulah sebabnya terkadang anda perlu memotong sejumlah (ranting atau cabang) yg sudah kepanjangan agar tetap terlihat serasi dan harmoni. Hidup adalah simponi yg kita mainkan dengan indah.

Maka, duduklah sejenak bersama dengan istri anda, tatap matanya lamat-lamat, dengarkan suara batinnya, getaran nuraninya, dan diam-diam bertanyalah pada diri sendiri: Apakah ia telah menjadi lebih baik sejak hidup bersama dengan anda?

Mungkinkah suatu saat ia akan mengucapkan puisi Iqbal tentang gurunya:

DAN NAFAS CINTANYA MENIUP KUNCUPKU …
MAKA IA MEKAR MENJADI BUNGA …

Kamis, 18 Maret 2010

Anak, Ayah dan Untanya



Pernah suatu ketika ada seorang anak bersama ayahnya dan seekor unta yang ditungganginya. Ayah dari anak tersebut mengajaknya menuju pasar tak jauh dari tempat tinggal mereka berdua. Awalnya ia hendak mengajaknya berkeliling mengitari pasar sekedar untuk turut serta dalam keramaian hiruk-pikuk pasar yang tak terkendali. Anaknya duduk diatas unta dan ayahnya berjalan sambil setia dengan genggaman jarinya bersama tali yang mengikat unta tersebut. Selama perjalanan banyak yang bisa dilihat, dari mulai geliat perjuangan seorang wanita renta yang berburu barang bekas berkualitas obralan lidah yang indah. Ada pula pengorbanan seorang ibu yang tak lelah menawar serendah mungkin harga selembar kulit unta sampai penjualnya menangis tak kuasa melayani “transaksi sistemik” si ibu tersebut. Di sebelah kanan, tak henti-hentinya hilir-mudik kuli panggul yang setia menggugurkan peluh sambil memanggul barang bawaan sang tuan dadakan.
“Duhai anakku, ku kenalkan padamu sebuah tempat. Pasar namanya. Dan engkau sedang berada disini.” Lirih sang Ayah.

Mereka terus berjalan sambil mengamati semua pembeli dan penjual di pasar tersebut. Tak satupun mereka jumpai kecuali yang ada adalah pembeli yang ingin murah dan pedagang yang ingin laba melimpah. Tak sedikit dari mereka rela berbohong, menaikkan modal lewat lidah mereka sendiri atau mempermainkan takaran timbangan. Ada pula pembeli yang rela dengan susah payah menawar serendah-rendahnya harga barang yang mereka hendak beli yang pada akhirnya tak ada transaksi karena memang itulah kenikmatan sang pembeli; menawar dengan susah payah, karena itulah makna perjuangan.
“Duhai anakku, inilah pasar sekarang kau mulai mengenalinya.” Lanjut sang Ayah menutup babak kedua penjelasan.

Langkah unta mengiringi langkah sang Ayah mengikuti vektor tali genggaman tangan hitam keriput seorang renta nan mulia. Diujung jalan sang Ayah tertarik dengan kerumunan laki-laki. Mereka bukan penjual, bukan pula pembeli. Tak sadar mereka ternyata sebentar lagi berada dalam pusaran juragan pasar yang berkumpul menerima upeti harian sambil terbelalak mendengar cerita lucu juragan yang lain sesama mereka.
“Hei, tak ada orang yang paling durhaka kecuali seorang anak yang membiarkan ayahnya berjalan diatas terik matahari sedangkan ia dengan enaknya duduk diatas tunggangan unta.” Loroh salah satu diantara mereka menyindir sang Anak yang disambut dengan gelengan banyak kepala.

“Nak, mari tukar dirimu dengan Ayah. Ayah tidak ingin engkau menjadi durhaka karena ini. Turunlah engkau, biar Ayah yang menunggangi unta dan engkau berjalan.” Lanjut sang Ayah.
“Aduhai, tega benar lelaki itu. Lelaki macam apa ia yang tega duduk diatas tunggangan sementara anaknya berjalan kaki sendirian diatas tanah yang panas?” Suntak sindir lelaki yang satu.
“Hei dungu, ayah macam apa kau?! Padahal untamu tak lebih jelek daripada dirimu” Lanjutnya
“hahahaha…” Sambut lelaki yang lain.

“Nak, mari naik bersama ayah diatas. Mari kita tunggangi bersama unta ini.” Langkah sang Ayah menanggapi sindiran.
“Aduhai, apakah otak mereka seperti unta. Tak punyakah sedikit rasa kasihan pada unta itu?” Sindir lelaki yang lain.

“Nak, mari kita kita berdua turun. Barangkali ini cukup membuat mereka diam tak lagi mengejek diri kita.” Ucap sang Ayah dengan bijaksana.
“Demi bapakku penguasa kota ini, apakah mereka tak tahu bahwa unta untuk mereka tunggangi. Seberapa kaya memangnya mereka sampai-sampai tak sedikitpun menggunakannya?” Murka seorang lelaki yang dari pakaiannya nampak bahwa ialah pemimpin diantara mereka.

“Nak, mari ayah angkat dirimu untuk naik kembali diatas unta ini” Lanjut sang Ayah.
“Ayah, mengapa kita seperti ini? Mengapa kita diperlakukan seperti ini?” Tanya sang Anak.
“Inilah pasar nak, ada diantara mereka yang menjadikan kehinaan adalah pakaian dan menghina menjadi perhiasan mereka.”

“Anakku, Ayah ingin berpesan. Banyak yang tidak suka melihat kebaikan kita. Dan banyak pula yang tidak suka dengan keburukan kita. Hitam kita dianggap murka. Dan putih kita dianggap sok suci. Apapun yang kita kerjakan selalu salah dimata mereka.
Duhai anakku, teruslah berjuang dimanapun kau menapak, jadikan ejekan mereka orang-orang yang berdiri atau duduk, orang-orang yang kau lewati adalah ujian yang semakin menguatkanmu bukan membuatmu lemah dalam menapaki kebenaran. Allah Yang Maha Mengetahui sengaja menurunkan mereka duhai anakku untuk menguji kita, siapa diatara kita yang beriman dan siapa diantara kita yang sabar” Tutup sang Ayah mengakhiri perjalanan dengan sebuah hikmah.


Bekasi, 18 Maret 2010 – 04:46 am
Irfan “Mentari Klasik” Niawan

Kamis, 03 Desember 2009

Pahlawan Kebangkitan


Oleh : Anis Matta, Lc.

" Ibarat kehidupan manusia, ada masa kelahiran, tumbuh, dewasa, tua dan akhirnya mati. Demikian pula dengan organisasi termasuk negara, bahkan peradaban. Dalam sejarah peradaban Islam, ada masa kebangkitan, kejayaan dan keruntuhan "

Kekuatan utama yang menggerakkan masyarakat pada masa kebangkitan yaitu kecemasan. Inilah mata air yang memberikan energi untuk bergerak dan bergerak, melangkah tertatih-tatih sembari jatuh dan bangun, meraba dalam ketidakpastian. Namun terus bergerak. Kecemasan muncul karena kesadaran akan adanya jaray yang terbentang jauh antara idelisme dan realitas, antara harapan dan kenyataan. Tetapi.. tidak semua menyadari kesenjangan tersebut. Baginya semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah dan akhirnya berskap diam dan menikmati kondisi yang ada. Orang seperti ini biasanya orang-orang awam, tidak akan bergerak sampai arus besar datang menghanyutkan mereka...

Mereka yang menyadari adanya permasalahan akan bergerak, melakukan perbaikan. Bagitulah.. kita menyaksikan para Nabi, Rasul dan para sahabatnya yang setia. Mereka merasakan kesenjangan itu, masalah itu. Mereka cemas, bergerak melakukan perubahan, dan berhasil. Dan akhirnya tercatat dalam sejarah peradaban dengan tinta emas sebagai mujahid. Jika kecemasan merupakan kekuatan utama yang menggerakkan mas kebangkitan, maka obsesi kesempurnaan adalah kekuatan utama yang menggerakkan masa kejayaan. Kepahlawanan zaman kejayaan didominasi oleh semangat kesmpurnaan dan inovasi. Titik tengah antara idealisme yang tidak realistis dengan realisme yang terlalupragmatis adalah OPTIMISME. Para pejuang sejati selalu bersikap optimis, merasa tenang karena berjuang di bawah bendera Allah. Mereka percaya pasti akan mendapatkan kemenangan walaupun tidak mereka saksikan. Mereka percaya, berjuang saja sudah merupakan kemenangan. Kemenangan atas rasa takut, sikap pengecut, cinta dunia dan diri sendiri.

Perjuangan mutlak dibutuhkan dalam menjalani kehidupan kita ini. Apabila Allah membolehkan kita hidup tanpa hambatan, itu hanya akan membuat kita lemah. Kita tidak akan sekuat ini. Tidak bisa sesukses ini.

Saya memohon diberi kekuatan, dan Allah memberikan kesulitan agar membuat saya kuat.
Saya memohon agar menjadi bijaksana, dan Allah memberi saya masalah untuk diselesaikan.
Saya memohon kekayaan, dan Allah memberi saya kemampuan, waktu, kesehatan dan peluang.
Saya memohon keberanian, dan Allah memberikan hambatan untuk dilewati.
Saya memohon rasa cinta, dan Allah memberikan orang-orang yang bermasalah untuk dibantu.
Saya memohon kelebihan, dan Allah memberi saya jalan untuk menemukannya.
Sehingga...Saya tidak menerima apapun yang saya minta, akan tetapi Ia memberikan semua yang saya butuhkan.

HIDUPLAH DENGAN KEBERANIAN. HADAPI SEMUA HAMBATAN, DAN TUNJUKKAN BAHWA KAU MAMPU MENGATASINYA. USAHAKANLAH SEKUAT TENAGA UNTUK "MENEMUKAN" BAKATMU. LUANGKAN WAKTU BELAJAR UNTUK MENAMBAH PENGETAHUAN DAN KETERAMPILANMU. JAGA KESEHATANMU. GUNAKAN WAKTUMU HANYA UNTUK KEGIATAN YANG BERKAITAN DENGAN MISIMU. BANYAK-BANYAKLAH BERDOA AGAR DITUNJUKKAN JALAN YANG BENAR DALAM MENEMUKAN PELUANG. PERLUAS JARINGANMU, DAN JANGAN-JANGAN BOSAN UNTUK BERUSAHA.

SELAMAT BERJUANG !!!

Minggu, 16 Agustus 2009

Bimbang

Lirik : Suara Persaudaraan

Kulihat bunga ditaman
Indah berseri menawan
Cantik anggun nan jelita
Melambai-lambai mempesona

Semerbak bunga setaman
Semarak warna-warnian
Memancarkan keanggunan
Sejuk dalam cahaya Islam

Ada bertangkai mawar
Kaya akan wewangian
Hasanah yang memerah
Kuning ungu dan merah jambu

Ada si lembut melati
Pantulkan putih nan suci
Tebarkan harumnya yang khas
Tegar baja di medan ganas

Si kokoh anggrek
Berbaris serumpun
Menanti siraman kasih
Sejuk air jernih

Rimbun senyum dahlia
Palingkan gundah hara

Terhenyak daku tersadar
Semua itu bukan tujuan
Tetapi bunga Islam
Yang tertaburkan benih iman pilihan...